Sunday, January 24, 2016

Amplop di Bis

Badanku sedikit lelah, akibat harus naik turun bis berkali-kali. Akhir-akhir ini jakarta memang sedang tidak bersahabat untuk orang-orang seperti kami. Bukan. Ini bukan tentang harga BBM yang naik turun sesukanya. Bukan juga tarif listrik yang saat ini sedang tinggi. Atau pajak kendaraan yang dibuat berkali-kali lipat, yang katanya demi kesejahteraan rakyat. Karena tidak ada bedanya, dari awal itu memang sudah menjadi barang mewah untuk kami.

Saat ini aku di bis kota, karena tak tahu lagi apa lagi yang harus kulakukan. Maafkan aku sayang, km harus tetap susah walaupun sudah 30 tahun hidup bersamaku. Berulangkali aku bicarakan ini kepadamu, tapi kamu selalu menghiburku. Seakan tak pernah ada raut penyesalan di muka yang sudah tidak muda itu.

"Mas, uang kita benar-benar habis", istriku berkata selembut mungkin agar tidak membuatku marah. Sepanjang hidupku bersamanya tak pernah sekalipun dia mengeluh tentang kondisi keuangan kami. Dia selalu sabar walaupun pernah selama tiga hari berturut-turut kami sekedar makan roti dan dari nasi dari pemberian orang. Tapi kali ini beda.

"Iya, sabar ya, pasti ada jalan kok". Kucoba untuk menenangkan istriku. Padahal aku sendiri bingung apa yang harus kulakukan untuk mengatasi masalah ini. Di pojok rumah dari triplek kami, selly tidur, sudah hampir sepuluh hari panasnya tak kunjung turun. Kami bingung, padahal orang seperti kami kalau sakit biasanya hanya tiga hari. Jangan kau bilang BPJS kawan, terdaftar sebagai warga jakarta pun kami tidak.

Sehari-hari kami berjualan barang bekas di dekat stasiun. Sekedar untuk makan 'layak' sekali dua hari bisa. Dan dua minggu ini, tak ada satupun yang membeli barang bekas yang kami jual.

Akhirnya ak putuskan untuk ngamen. Padahal dari dulu aku coba untuk tidak melakukannya. Tapi apa daya, tak ada lagi yang bisa kulakukan. Tak mungkin kubiarkan selly sakit, tanpa diobati, terlalu lama. Aku buat beberapa amplop. Kutuliskan kalimat agar beberapa orang tersentuh, kutulis bahwa ini kulakukan untuk selly. Karena aku khawatir kepadanya. Aku takut jika harus kehilangan anak kembali, untuk yang kedua kalinya.

Pagi ini aku langsung berangkat ke kebon jeruk, aku naik ke salah satu bis. Kubagikan amplop itu. Bis tidak terlalu sepi, tidak juga terlalu ramai. Kulihat ada sepasang muda-mudi di baris lima kursi sebelah kiri. Dan aku juga melihatmu kawan. Kuletakan salah satu amlop itu kepadamu. Ya, kepadamu. Sekarang terserah padamu. Apakah selly akan aku bawa berobat, atau kubiarkan terbaring seperti itu. Entah. Entah sampai kapan.

Share: